Khamis, 2 Mei 2013

IMAN KEPADA MALAIKAT


Dalam Islam, Iman kepada malaikat adalah salah satu Rukun Iman. Iman kepada malaikat adalah percaya dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa malaikat Allah SWT benar-benar ada. Keberadaan malaikat bersifat gaib, artinya tidak dapat dilihat oleh mata, tetapi keberadaannya dapat diketahui dan dipahami, seperti adanya wahyu yang diterima oleh para nabi dan rasul. Para nabi dan rasul tsb menerima wahyu melalui perantara malaikat Allah SWT.
Iman kepada malaikat adalah Rukun Iman yang ke-2. Rukun Iman yang jumlahnya ada 6 merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, juga tidak dapat dipilih-pilih. Sehingga tidak disebut orang beriman jika tidak meyakini salah satu dari Rukum Iman tsb.
1.     Fungsi Iman Kepada Malaikat
Beriman kepada malaikat adalah bagian dari rukun iman yang wajib diyakini. Iman kepada malaikat adalah meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa Allah SWT. telah menciptakan malaikat sebagai pesuruh untuk melaksanakan perintah-Nya.
Malaikat adalah mahkluk Allah SWT. yang ghaib dan harus diyakini keberadaannya, sesuai dengan firman Allah SWT :


Artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat,dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka.” (AlBaqarah/2:2-3)
Dalam ayat tersebut tetdapat kata “ghaib”, yaitu segala sesuatu yang diyakini adanya, tetapi tidak kelihatan oleh mata dan kepala serta tidak dapat ditangkap panca indra yang lainnya. Sebagai mahkluk “ghaib” dimensi malaikat tentu berbeda dengan dimensi manusia. Misalnya, dalam hal waktu, “satu hari malaikat = 50.000 tahun manusia”.
Mengenai firman Allah dalam surat Al baqarah ayat 3 yaitu tentang orang yang beriman kepada yang ghaib Abu Ja’far Ar Razi menceritakan, dari Ar Rabi’ bin Anas, dari Abu Al Aliyah, ia mengatakan: “Mereka beriman kepada Allah, Malaikat-malaikatnya, Kitab-kitabnya, Rasul-rasulnya, hari akhir, surga dan neraka, serta pertemuan dengan Allah, dan juga beriman akan adanya kehidupan setelah kematian, serta adanya kebangkitan. Dan semua itu adalah hal yang ghaib”.
man kepada malaikat menjadikan manusia berhati-hati dalam tindak-tanduknya karena mereka yakin ada dan akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat kelak. Iman kepada malaikat mempunyai pengaruh positif dan manfaat yang besar bagi kehidupan seseorang, antara lain sebagai berikut:
1.     Semakin meyakini kebesaran, kekuatan dan kemahakuasaan Allah SWT.
2.     Bersyukur kepada-Nya, karena telah menciptakan para malaikat untuk
membantu kehidupan dan kepentingan manusia dan jin.
3.     Menumbuhkan cinta kepada amal shalih, karena mengetahui ibadah para
malaikat
4.     Merasa takut bermaksiat karena meyakini berbagai tugas malaikat seperti
mencatat perbuatannya, mencabut nyawa dan menyiksa di naar.
5.     Cinta kepada malaikat karena kedekatan ibadahnya kepada Allah SWT, dan
karena mereka selalu membantu dan mendoakan kita.
Jumlah malaikat yang diciptakan oleh Allah SWT sangatlah banyak, hal ini dijelaskan Rasulullah SAW dalam 2 buah hadits berikut:
1. Bersabda Nabi SAW: “Sesungguhnya aku mendengar langit berkeriut Dan
bergemeretak, Dan tidaklah Ada satu tempat sebesar sejengkal kecuali Ada
seorang malaikat meletakkan dahinya sedang bersujud atau berdiri shalat.”
2. Bersabda Nabi SAW: “Masuk ke dalam baitul Ma’mur pada setiap harinya
70.000 malaikat Dan tidak pernah keluar lagi sampai Hari Kiamat.”
Tapi jumlah malaikat yang patut diketahui manusia hanyalah 10 nama, yaitu:
1.     Jibril
2.     Mikal atau sering disebut Mikail, seperti diterangkan dalam ayat diatas
3.     Israfil
4.     Izrail atau sering disebut dengan Malakul Maut, Munkar
5.     Nakir
6.     Raqib
7.     Atid, Raqib dan Atid diberi tugas yang sama oleh Allah untuk mencatat amal perbuatan manusia semasa hidupnya, dan dalam nama lain dua malaikat ini dinamai oleh Allah dengan Kiraman Katibin sesuai dengan firmannya yang berbunyi:


Artinya : 10. Padahal Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), 11. yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), ( QS Al Infithar : 10-11)
8.     Malik atau Zabaniyah
9.     Ridwan
Mengenai malaikat Al Qur’an tidak menjelaskan asal terjadinya, tetapi Nabi menerangkan bahwa malaikat itu dijadikan dari cahaya, sebagaimana sabdanya:
Artinya:“Malaikat itu diciptakan dari cahaya sedangkan jin dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan pada semua (dari tanah).” (Riwayat Muslim dari Aisyah).
b. Berbeda dalam sifat-sifatnya
Ada beberapa hal yang membedakan sifat-sifat manusia dan malaikat.
1) Manusia mempunyai akal, nafsu, dan perasaan sedangkan malaikat tidak.
2) Manusia merupakan mahkluk kasar (nyata) yang perlu makan dan minum, berlainan jenis, serta melakukan perkawinan, sedangkan malaikat merupakan mahkluk halus (ghaib) yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Malaikat itu bukan laki-laki dan bkan perempuan. Malaikat tidak makan dan tidak minum.
3) Manusia ada yang taat dan ada yang durhaka kepada Allah SWT. sedangkan malaikat tidak berbuat maksiat (durhaka) kepada Allah SWT. dan selalu taat melaksanakan segala perintah-Nya.
4) Manusia tidak dapat berubah wujud, sedangkan malaikat dapat berubah wujud dan menjelma sebagai manusia atas qudrat dan iradat Allah SWT. misalnya, malaikat Jibril pernah menampakkan diri kepada nabi Saw. Sebagai Dihyah (seorang pemuda yang tampan).
Nabi Saw. Bersabda :
“Kadang-kadang malaikat (Jibril) itu menjelma di hadapanku sebagai seorang laki-laki, kemudian berbicara kepadaku, sedangkan aku juga paham (mengerti) apa-apa yang ia katakan”. (Riwayat Bukhari)
Iman kepada Malaikat berarti mengimani bahwa Allah swt dan selalu patuh mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya. Kedudukan manusia dan malaikat di sisi Allah swt antara lain untuk mengawasi perbuatan manusia, mencatat amal perbuatan manusia, mencabut nyawa manusia, menanyai manusia dalam kubur, menyampaikan wahyu, menjaga neraka dan menjaga surga.
Kedudukan manusia dan malaekat di sisi Allah swt adalah bahwa manusia diciptakan dari tanah, dengan sebaik-baik bentuk dan kejadian, sebagai khalifah di Bumi. Manusia ada yang taat dan ada pula yang ingkar kepada Allah SWT.
Sifat-sifat Malaikat
Kita telah paham bahwa pengetahuan kita tentang malaikat hanyalah berdasar pada dalil wahyu. Maka, wahyu juga yang menjelaskan kepada kita dari apa malaikat diciptakan dan seperti apa tabiat mereka. Allah swt. telah menciptakan malaikat dari cahaya berbeda dengan Adam diciptakan dari tanah, dan jin diciptakan dari api.
Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Malaikat diciptkan dari cahaya, jin diciptakan dari api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diceritakan pada kamu (tanah).”
Para ulama mengatakan bahwa para malaikat adalah jawahir basithah yang diberi akal, tidak memerlukan tempat, ada yang berhubungan dengan benda konkret seperti otak, ada pula yang berhubungan dengan yang abstrak seperti jiwa. Malaikat memiliki kemampuan logika akal yang tidak sempurna. Mereka tidak terhalang dari cahaya Allah. Dan tidak dilarang berada bersamanya pada suatu waktu, pada suatu keadaan dengan tidur, lalai atau syahwat. Bahkan mereka menikmati dengan apa yang mereka saksikan. Ketaatan mereka adalah karakter dan kemaksiatan mereka adalah tugas. Ini berbeda dengan manusia yang ketaatannya adalah tugas dan mengikuti hawa nafsu adalah karakter


Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahriim: 6)
Kedudukan dan Keutamaan Malaikat
Para ulama berbeda pendapat dalam hal menjadikan manusia lebih utama daripada malaikat. Ada yang berpendapat bahwa para rasul dari golongan manusia lebih utama dari para rasul dari golongan malaikat dan para wali dari golongan manusia lebih utama dari para wali golongan malaikat. Sementara yang lain berpendapat bahwa malaikat lebih utama dari manusia selain para rasul.
Malaikat Bukan Lelaki dan Bukan Perempuan
Orang-orang musyrikin Arab Jahiliyah beranggapan bahwa malaikat adalah anak-anak perempuan Allah. Mereka telah melakukan kebodohan besar ketika mengatakan bahwa Allah memiliki anak dan anak-anaknya adalah para wanita (malaikat). Sementara di sisi lain mereka tidak senang dengan anak-anak perempuan.
Malaikat Terpelihara Dari Salah
Dari paparan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa malaikat terhindar dari kesalahan dan perbuatan dosa. Namun, jumhur ulama berpendapat, malaikat tidak ma’shum. Dalil-dalil sebagai berikut.


“Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu.” (Fushilat: 38)
Sedangkan dalil yang mengatakan bahwa malaikat tidak ma’shum adalah seperti yang dikemukakan Imam Ar-Razi dalam tafsirnya yang juga bantahan atas pendapat malaikat terbebas dari salah.
Menurut Ar-Razi, firman Allah swt., “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” adalah dalil yang mencela para malaikat bukannya sebagai dalil tentang bebasnya malaikat dari kesalahan. Hal itu ditinjau dari beberapa sisi:
1.     Bahwa perkataan malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah” adalah bantahan mereka terhadap Allah dan sikap ini di antara dosa yang paling besar.
2.     Bahwa para malaikat telah melakukan ghibah Adam dan keturunannya dengan mempertanyakan tentang mereka, sementara ghibah adalah salah satu dosa besar.
3.     Bahwa malaikat telah memuji diri mereka sendiri setelah mempertanyakan keturunan Adam dengan perkataan, “Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau.” Bukankah memuji diri sendiri adalah tercela dan dapat mengakibatkan ujub atau bangga terhadap diri sendiri, dan ini adalah sikap tercela sebagaimana Allah berfirman dalam surat An Najm ayat 32?
4.     Bahwa perkataan mereka, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” adalah sikap minta permakluman dan itu tidak terjadi kecuali karena telah melakukan kesalahan.
5.     Bahwa firman Allah swt., “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar! Dapat dipahami bahwa mereka telah berdusta pada apa yang mereka katakan.
6.     Bahwa firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 33, “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” Dapat dipahami bahwa mereka meragukan bahwa Allah mengetahui segala hal.
7.     Bahwa tuduhan mereka terhadap manusia hanya berdasar dugaan (dzhan) dan ini tidak dibenarkan sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Israa ayat 36.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan